Jumat, 02 November 2018

Mengenali Potensi Diri dan Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki


Assalamualaikum wr.wb.

Kali ini saya akan meriview kembali materi perkuliahan Filsafat Pendidikan yang sudah saya dapatkan di Universitas PGRI Semarang dengan Dosen Pengampu Moh Aniq KHB S.Pd., M.Hum.  Materi pada minggu ini yaitu masih mengenai tentang KI HAJAR DEWANTARA, Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan di Indonesia yang memiliki banyak pemikiran yang sangat brilian, diantara ia mengemukakan tentang jiwa pemimpin. Pada materi kali ini saya mengambil tema mengenali potensi diri kita dan sifat-sifat yang harus dimiliki tentang bagaimana cara dan jiwa seseorang pemimpin.
Pada zaman sekarang banyak orang tua yang salah mendidik anaknya dengan cara memanjakannya sehingga mental mereka rapuh. Contoh ketika orang tua memarahi si anak dalam kebaikan si anak akan mudah menanggis, digertak sedikit menangis, itu karna pola kita dalam mendidik anak terlalu dimanjakan itulah yang menyebabkan si anak menjadi lemah sifat dan kepribadiannya. Anak pada jaman milenial ini memiliki mental yang rapuh dikarenakan oleh adanya HAM (Hak Asasi Manusia). Jika dulu mengambil rapot adalah tanggung jawab anak namun sekarang rapot (hasil belajar) akan diberikan ke orang tua. Sehingga anak sekarang tidak memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki rasa mental yang lemah. Seharusnya yang dilakukan orang tua adalah mendewasan cara berpikir anak bukan memanjakannya. Supaya nanti pada saat mereka sudah dewasa mereka akan terbiasa dengan cara didik seperti itu, agar dapat melatih mental mereka di kemudian hari.
Ada 4 sifat yang harus dimiliki oleh seorang menurut Ki Hajar Dewantara yaitu :
1.       Tetep, Teteg, Antep Lan Mantep
2.       Ngandel Kendel Kandel Bandel
3.       Ning Neng Nung Nang
4.       Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani
Yang pertama saya akan membahas sifat sifat yang harus dimiliki oleh seorang yaitu Tetep, Teteg, Antep Lan Mantep
·         Tetep
Artinya mempunyai keteguhan pikiran, tidak mudah goyah, mempunyai ketetapan pikiran dan pendapat tentang suatu yang telah diyakininya, tidak mudah termakan isu, tidak mudah diombang ambingkan, sikap tegas, apa yang dikatakan itu yang diyakini dan benar. Orang yang mempunyai keteguhan pikiran artinya tidak mudah goyah, sehingga pemikirannya berkualitas dalam hasil akhir sehingga saat disampaikan ke orang lain akan berbobot. Pikiran yang telah diyakini kebenarannya, itu harus dilaksanakan dalam satuan tugasnya, dengan sikap cinta kasih penuh kelembutan dan pengertian, Masyarakat pasti menurutinya dengan hati yang senang, malahan mereka tidak merasa diperintah atau dipengaruhi, namun malahan membantu dalam mendukung dengan setulus dan sepenuh hati. Dalam bahasa jawa kata beliau adalah "Menang tanpa ngasorake". Jadi kesimpulannya, tetep dapat diartikan sebagai ketegguhan pikiiran (ada ketetapan pikiran). Keteguhan pikiran pasti memiliki mutu yang kuat sehingga yanng lebih dihasilkan pikiran yanng lebih berkualitas.
·         Teteg
Mempunyai arti hamper sama dengan tetep yaitu tidak tergoyahkan oleh godaan atau rayuan apapun. Godaan dan rayuan yang sering menjatuhkan karir seseorang adalah harta, wanita dan kedudukan. Terlalu berambisi terhadap harta, dapat menimbulkan bebagai tindakan negatif, dapat melakukan korupsi, penyalah gunaan anggaran dan lainnya. Terlalu berambisi pada suatu kedudukan tertentu, dapat menimbulkan terhadap harta, dapat menimbulkan bebagai tindakan negatif, dapat melakukan korupsi, penyalah gunaan anggaran dsb. Terlalu ambisi pada suatu kedudukan tertentu, dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan dapat mengakibatkan masak sebelum waktunya. Rayuan wanita, menimbulkan kerusakan pribadi, keluarga dan karir seseorang.
·         Antep
Artinya berisi, berilmu, berbobot atau mutu yang kuat, berpengetahuan. Setiap kesempatan pemimpin harus belajar apa saja, untuk bekal pergaulan dan keberhasilan kepemimipinan. ketika memiliki pemikiran yang ingin dicapai. Seseorang juga harus memiliki boto atau mutu dalam hal ini artinya memiliki ilmu yang tinggi atau berwawasan tinggi tidak mungkin jika ingin mencapai sesuatu tidak memiliki bekal sama sekali, sama saja pekerjaannya akan sia-sia jika bekal itu tidak di terapkan. Ki Hajar Dewantara mengatakan, sebenarnya orang yang bijak sana itu ialah orang yang banyak membaca. Kiranya ini benar dan dicamkan oleh generasi muda, karena memang ilmu itu didapatkan dari buku-buku. Ilmu apa saja dibaca kalau ingin pandai. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara mengatakan dalam bahasa jawa "Digdoyo tanpo aji", artinya orang itu sakti mandraguna tetapi tidak dengan jampi-jampi atau jimat-jimat. tetapi sakti karena ilmu pengetahuan.
·         Mantep
Artinya yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan baik. produksi akal pikiran berkualitas dan hasil akhir. Ketika sudah memiliki keyakinan yang kuat dan memiliki ilmu yang banyak maka hasilnya akan berkualitas. Dalam penugasan dimanapun ditugaskan harus mantep, siap dan berangkat. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara mengatakan dalam bahasa Jawa "Ngluruk tanpa bala" jadi kita bertugas dimana saja tidak membawa bala atau pasukan, yang wajib dibawa hanya anak istri. “
Jadi pada intinya Tetep, Teteg, Antep, dan Mantep, artinya pendidikan adalah upaya terencana untuk membangun ketetapan pikiran dan batin subjek didik “

Itulah sedikit penjelasan dari salah satu Tritunggal Fatwa Pendidikan yang dicangan oleh Ki Hajar Dewantara. Dalam hal lain kita juga harus mengenali diri melalui potensi yang kita miliki, banyak orang yang tidak tahu potensi dirinya, tidak tahu apa saja kelebihan yang dimilikinya. Padahal sebenarnya mudah untuk kita melihat potensi diri sendiri. Mungkin kalian pernah terbesit sebuah pikiran apasih potensi diri saya? Nah, berikut cara mengetahui potensi yang ada pada diri kita.
a.       Bidang apa saja yang kita senangi.
Sesuatu yang penuh gairah dan semangat kita lakukan. Tanpa harus diminta atau disuruh. Anda akan melakukannya secara sukarela tanpa dibayar, bahkan anda mau mengeluarkan uang untuk apa yang anda lakukan. Inilah yang disebut dengan hobi. Seseorang yang punya hobi tertentu akan melakukannya dengan sepenuh hati. Misalnya orang yang hobi memelihara tanaman, dia rajin menyiram dan merawat tanaman setiap hari. Dia rela mengeluarkan uang berapapun untuk membeli tanaman, pupuk, alat-alat dan semacamnya. Hobi bisa membawa kebahagiaan dan juga penghasilan. If we do what we love, then money will follow.
b.      Bertanya kepada orang terdekat.
Orang yang paling tahu diri anda adalah orang terdekat. Bisa orang tua, kakak-adik, saudara, keluarga, atau teman. Merekalah yang tahu tentang diri anda dari kecil sampai dewasa. Jadi mereka tahu apa potensi diri anda. Terkadang kita tidak menyadari potensi yang kita miliki, perlu orang lain untuk membantu menyadarkan.
c.       Mencoba hal-hal baru.
Begitu banyak yang bisa kita lakukan di dunia ini. Wawasan, pergaulan dan keberanian yang terbataslah yang menghambat kita untuk melakukannya. Kita bisa mencoba hal-hal baru yang belum pernah kita lakukan. Tentu saja yang kita lakukan tidak boleh melanggar hukum yah. Dengan mencoba banyak hal, mungkin kita akan menemukan potensi diri yang selama ini tersembunyi.
d.      Banyak membaca, melihat dan merasakan.
Dengan begitu akan banyak informasi dan pengetahuan yang bertambah. Bacaan dan tontonan yang kita sukai itu bisa jadi adalah sebuah potensi. Jika anda suka membaca perkembangan dunia komputer, internet dan semacamnya. Anda bisa menjadi ahlinya, asalkan terus konsisten untuk menambah pengetahuan.Potensi diri itu harus digali, sama seperti minyak bumi. Tidak ada minyak yang berada di atas tanah. Kita harus mencari lokasi yang tepat untuk menggali minyak. Kedalamannya pun tidak selalu sama. Ada yang cepat ditemukan, ada juga yang perlu menggali lama karena minyaknya ada jauh di kedalaman. Tidak ada manusia yang lahir ke dunia langsung menjadi ahli di bidang tertentu. Semua harus diraih dengan proses. Jika anda sudah tahu potensi diri anda, itulah modal kesuksesan. Jika anda bisa mengembangkan potensi anda menjadi prestasi, kesuksesan sudah menanti.

        Pada zaman ini pemikiran yang dimiliki seorang manusia sangatlah berbeda dengan zaman terdahulu. Cara pandang mereka juga berbeda dengan kemajuan pesat IPTEK dalam dunia pendidikan. Dalam pemikiran yang bekualitas, kita bisa menyoroti fenomena yang terjadi pada setiap anak yang sifatnya masih kekanak-kanakan. Ada 2 dalam fenomena kekanak-kanakan yakni : fenomena manja, dan fenomena rapuh mental.
1.       Fenomena manja
Generasi millennial, atau mereka yang lahir pada tahun 1990 ke atas, dianggap memiliki banyak sisi buruk oleh generasi sebelumnya. Hingga kini, majalah TIME dengan tajuk "Me Me Me Generation" - Generasi aku aku aku- tulisan Joel Stein, dengan cover seorang gadis sedang berselfie masih kerap menjadi bahan perbincangan dan diskusi. Baik di media sosial, jurnal kampus, ataupun secara terbuka. Majalah itu sendiri terbit pada tahun 2013 lalu. TIME menyebutkan bahwa generasi milenial tumbuh ke arah yang lebih buruk. Mereka narsis, penggila gadget, egois, dan manja. Berbagai 'fakta negatif' mengenai generasi millennial pun diungkapkan oleh majalah ini, antara lain, perkembangan yang mereka yang terhambat "Semakin banyak orang usia 18 sampai 19 tahun yang masih tinggal dengan orangtua," tulis TIME. Fakta negatif lainnya adalah  gangguan narsisistik hampir 3 kali lipat ditemukan pada orang-orang usia 20'an dibanding generasi yang kini berusia 65 tahun ke atas. "Mahasiswa mendapat nilai tingkat narsis lebih tinggi pada tahun 2009 dibanding tahun 1982," menurut artikel tersebut.
Pertama-tama, apa itu benar? Dengan hanya mengungkapkan fakta, majalah dianggap seakan-akan menilai tanpa mempertimbangkan apa alasan yang yang mendasari fakta-fakta itu. Kedua, apakah itu selamanya buruk? Apakah perkembangan teknologi hanya membawa perubahan lebih buruk? Apakah sifat narsis, mencintai diri sendiri, atau sifat-sifat serupa membawa efek negatif? Manja disini mengacu pada mereka yang masih tinggal bersama orangtua pada usia dimana mereka seharusnya sudah berkeluarga. Ini bukan tanpa alasan. Menurut CNN, “walau tingkat pengangguran pemuda AS menurun biaya hidup meningkat, sedangkan gaji karyawan rata-rata stagnan. Akibatnya, generasi millennial berjuang lebih keras dalam menghidupi diri sendiri, dan menjadikan menabung pilihan terakhir. Mau tidak mau, banyak dari mereka harus kembali tinggal dengan orangtua mereka.”
Ada pula anggapan bahwa generasi millennial merupakan mereka yang tidak memahami arti dari kerja keras. Walau sesungguhnya, ini terjadi karena peran orangtua dan wali dari generasi sebelumnya, mengantarkan mereka memilih untuk kerja 'cerdas' dibanding kerja 'keras'. Todd Cherches dari The Hired Guns mengungkapkan bahwa secara rata-rata, anak-anak milenial memiliki toleransi lebih rendah terhadap birokrasi dan proses yang lama. Mereka menolak melakukan pekerjaan monoton. Mereka fokus pada apa yang harus diselesaikan dengan mencari cara sendiri. Dengan teknologi yang lebih maju, sering kali mereka memiliki siasat sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan. Artinya, mereka bukan berarti tidak mau bekerja, namun cara kerja mereka berbeda.
2.       Fenomena rapuh mental
Fenomena yang sering dialami oleh masyarakat saat ini salah satunya adalah Personality disorders. Personality disorders,  ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku dan mengatasi stress, seperti perilaku antisosial. Gangguan-gangguan karena kecemasan  Seseorang mengalami gangguan kecemasan bila setiap saat dalam kehidupannya sehari-hari ia selalu merasakan tegangan psikologis yang cukup tinggi, walaupun persoalan yang dihadapi cukup ringan. Orang yang selalu cemas, kadang-kadang akan terserang rasa panik, yaitu suatu periode ketakutan yang luar biasa seakan-akan malapetaka besar akan terjadi. Keadaan ini akan diikuti oleh gejala-gejala gangguan fisik seperti jantung berdegub kencang, nafas tersenggal-senggal, keringat dingin, gemetar yang hebat, bahkan kadang-kadang sampai pingsan. Individu yang mengalami gangguan kecemasan tidak tahu faktor-faktor yang menyebabkan dia bertingkah laku seperti itu. Kecemasan ini sering disebut free-floating, karena tidak jelas faktor yang menyebabkannya.
Banyaknya tekanan yang menuntut dalam setiap kehidupan manusia, tidak dapat dipungkiri dapat menyebabkan terjadinya stress.  Namun, tidak hanya tekanan saja yang dapat menyebabkan stress. Penyebab stress pun berbagai macam diantaranya berasal dari lingkungan karya, lingkungan sosial, atau pun perkembangan zaman. Dan stress juga bisa bersumber dari tekanan, konflik, frustasi, dan krisis. Kemudian hasil dari stress tersbut dapat menimbulkan kecemasan-kecemasan yang dapat menganggu kesehatan mental seseorang.

Dari pada kesimpulannya mengenai fenomena yang terjadi saat ini, jika kita menyoroti pendidiikan era 90-an maka hasilnya atau outputnya akan jelas berbeda. Pendidikan belasan tahun yang lalu ini bisa dibilang cukup ketat, bahkan kebanyakan guru menerapkan metode punishment atau hukuman jika para siswa tidak disiplin dalam belajar. Hal ini membuat para siswa mau-tidakmau harus belajar dengan giat. Hal ini dikemukakan langsung oleh Nontje Kalangi, satu diantara PNS Senior yang ada di lingkungan Pemkab Minahasa Selatan (Minsel). "Dulu karakter kedisiplinan ditanamkan sejak dini. Kami tidak boleh terlambat sekolah. Tak hanya kedisiplinan, budi pekerti juga terus diingatkan sehingga kami tau apa itu sopan santun dan sangat menghormati guru," katanya kepada Tribun Manado, Rabu (10/8).
Masih jelas diingatannya ketika tak mampu menjawab soal dan terpaksa harus menerima hukuman. Jika tak menjawab satu soal maka tangan kami akan dipukul sebanyak 10 kali. Orangtua tidak mengeluh dan mempercayakan sepenuhnya ke pihak sekolah. Hal ini membuat siswa harus belajar dengan giat dan tidak malas-malasan. Lamanya pelajaran selama enam jam sudah termasuk istirahat. Namun pada ajaran yang diberikan oleh para guru sangat berguna hingga saat ini. Menurutnya karakater yang terbentuk sangatlah kuat sehingga menjadi modal baginya ketika mendapat pekerjaan. "Dengan ajaran seperti itu siswa justru termotivasi untuk belajar. Kebanyakan angkatan kami juga menjadi 'orang' dan bisa meraih kesuksesan masing-masing," ujar wanita yang berprofesi sebagai Kabag Administrasi Sekretariat DPRD Minsel ini.
Sayangnya dia merasa miris dengan output yang dihasilkan pendidikan saat ini. Terutama dalam hal moral. "Anak-anak jaman sekarang sudah tidak menghormati guru kedisiplinan menurun. Karakter anak tidak terbentuk dengan baik. Harusnya pendidikan budi pekerti diprioritaskan. Tidak ada gunanya jika pintar namun moralnya bobrok," tambahnya. Meski demikian wanita berumur 54 tahun ini sangat setuju dengan kebijakan Kementrian Pendidikan saat ini. "Mengenai kebijakan terbaru saya setuju. Karena kebanyakan orangtua keduanya sibuk bekerja sehingga terkadang ketika anak dirumah mereka belum pulang dan tidak bisa memaksimalkan pendidikandirumah. Tapi jika jam pelajaran ditambah, maka ketika anak pulang, orangtua sudah dirumah," terangnya.
Pada saat menempuh studi, generasi 90an setidaknya pernah merasakan perubahan kurikulum oleh Kemendikbud. Perubahan kurikulum pertama kali dilakukan tahun 1947 dan selanjutnya diadakan beberapa kali untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan zaman. Biasanya, kurikulum berubah karena perubahan sistem politik, sosial budaya, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu perubahan sistem belajar yang patut diingat adalah perubahan sistem semester ke sistem caturwulan pada Kurikulum 1994. Tahun ajaran dibagi menjadi tigs sesi, yakni caturwulan I, II, dan III. Ada plus dan minus dari sistem pendidikan ini. Siswa diwajibkan untuk menempuh ujian sebanyak tiga kali setiap empat bulan. Asiknya, mereka tidak akan bosan sekolah karena ujian selalu diiringi dengan waktu libur. Namun, mereka juga harus membeli buku ajaran baru setiap empat bulan sekali.
Adapun masa perubahan kurikulum yang cukup menimbulkan kebingungan, baik untuk guru maupun murid. Pada tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ditetapkan untuk mengganti sistem caturwulan kembali ke sistem semester. Berselang dua tahun, kurikulum diubah lagi menjadi Kurikulum 2006 dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Akibatnya, siswa harus membeli buku baru. Guru pun juga harus menyiapkan sistem mengajar baru sesuai kurikulum.
Berbica Pendidikan dan Pengajaran, Ki Hajar Dewantara memiliki prinsip-prinsip kesadaran manusia. Antara lain yaitu tetep-antep-mantep, momong-among-ngemong, ngandel-kendel-bandel, ningnang-ning-nung. Prinsip kesadaran manusia harus meraih cita rasa tetep-antep-mantep. Orang yang memiliki ketetapan atau tetep yang kuat memiliki bobot yang tidak lemah sehingga produksi menjadi mantep sehingga ketika disampaikan kepada orang lain menjadi berbobot. Apabila sesorang memiliki keyakinan yang kuat dasar yang kuat maka akan memiliki bobot atau kekuatan terhadap apa yang disampaikan kepada orang lain. Sehingga orang lain yang menerima akan manteb terhadap apa yang di dapatkannya. Sebaliknya jika tidak atau kurang memiliki keyakinan yang kuat atau tetep maka yang disampaikannya juga tidak akan berbobot tidak dapat berpengaruh terhadap pendengar.
Kesadaran manusia lahir dari kesadaran diri sendiri. Dari kesadaran diri sendiri maka akan mengenal Tuhannya. Di era sekarang banyak yang belum memiliki kesadaran diri sendiri yang berakibat menuhankan dirinya sendiri. Berbuat sesuai dengan keinginannya tanpa menyadari yang dilakukan merupakan hal yang benar atau salah. Banyak kasus yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain seperti guy, lesbian, LGBT dan lain sebagainya. Mereka bertindak berataskan hak sebagai manusia. Berbuat sebebas-bebasnya tanpa ada batasan tanpa ada kesadaran diri. Berpegangan dengan HAM yang sekarang di dewa-dewakan di Indonesia. “HAM merupakan produk ateis yang tidak percaya dengan Tuhan. Mereka menciptakan HAM dengan berkedok melindungi hak-hak manusia.” Ujar Dosen Filsafat Pendidikan Moh Aniq KBH, S.Pd., M.Hum.
 Menurut saya hal itu sangat berhubungan erat. Jikalau HAM merupakan produk dari ateis yang tidak percaya akan Tuhan lantas perilaku-perilaku yang menyimpang seperti diatas merasa menang dengan berpegangan dengan dengan HAM bahwa mereka mempunyai hak, disitulah kesadaran diri sendiri hilang. Mereka sudah tercuci otaknya sehingga tidak lagi mengenali diri sendiri, tidak lagi memiliki kesadaran diri. Sedangkan dari kesadaran diri sendiri itulah maka akan mengenal Tuhannya. Mereka dibuat untuk tidak mengenal Tuhannya. Seperti kaum ateis yang tidak percaya Tuhan. Bahwa apa yang di katakan oleh Bapak Aniq saya rasa benar bahwa HAM merupakan produk dari ateis. Banyak kasus mengenai seorang Guru yang dilaporkan polisi akibat kasus penganiayaan terhadap siswa.
Karna berdalilkan HAM, anak yang menerima sedikit kekerasan atau merupakan bentuk kedisiplinan yang dilakukan oleh guru mengadu kepada orang tua yang selanjutnya orang tua tidak terima anaknya menerima kekerasan dan berakhir guru dilaporkan ke polisi atas tuduhan kekerasan terhadap anak. Anak zaman milenial yang sudah terpengaruh dengan gadget memiliki sifat yang manja, tidak takut dengan orang yang lebih tua. Pada zaman dulu anak yang mendapat hukuman dari guru mereka akan sangat takut bahkan lebih keras dari yang diterima anak sekarang. Anak zaman dulu ketika mendapat hukuman dari guru kemudian mengadu dengan orang tua justru akan di marahi oleh orang tuanya tidak akan mendapatkan pembelaan sama sekali.
Berbeda dengan sekarang, anak yang mengadu ke orang tua kemudia orang tua tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu dan melaporkan pihak guru ke polisi, anak tersebut akan merasa bangga, merasa puas karna sudah mendapat pembelaan. Nah inilah produk dari HAM, seseorang akan menuhankan dirinya sendiri. Bertindak sebebasnya tanpa ada batasan-batasan. Berlaku sesuai dengan keinginannya tanpa mengenali dirinya sendiri. Melakukan hal-hal yang menurutnya itu benar, menuruti nafsunya tanpa berfikir sehat. Mereka berfikir dan melakukan hal tersebut dengan tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Sehingga mereka tidak dapat mengenali diri sendiri.

Terima Kasih, dan semoga bermanfaat J

Wassalamualaikum wr.wb.

Dikutip dari : Perkuliahan Bapak Aniq pada mata kuliah Filsafat Pendidikan pada hari Selasa, 30 Oktober 2018.
 dan 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar